Layakkah Aku untuk Perempuan Itu?


Mungkin, sebagian dari kalian pernah mendengar ungkapan ini,  "Di antara kewajiban seorang ayah terhadap anaknya adalah memberikan pendidikan yang baik sejak ia memilih siapa yang akan menjadi ibunya"

Ketika aku membaca ungkapan itu, timbul pertanyaan, bagaimana sebenarnya kriteria seorang perempuan yang layak untuk dipilih?
Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita merujuk kepada sosok ibunda seorang Ustadz terkenal. 

Semasa hidupnya, sang ibu selalu mendorong anaknya untuk menceritakan apa yang ia dengar setelah sholat jum'at, hal ini membuat sang anak jadi percaya diri, membuat sang anak merasa ada tempat untuknya bercerita, kebiasaan kecil ini ternyata membuat sang anak tumbuh menjadi sosok yang tidak malu untuk bertanya, dan menjadi sosok anak yang haus akan ilmu.

Sang ibu juga tidak pernah mengekang anaknya untuk terus menemani dia, karena ia tahu anaknya kelak akan menjadi orang hebat, ia selalu mendorong anaknya dalam hal pendidikan, mendukungnya dan rela berpisah dengan anak yang ia cintai itu ketika anaknya harus menempuh pendidikan yang lebih tinggi di luar negeri.

Tak kalah luar biasa, ternyata sang ibu selalu mendoakan anaknya di sepertiga malam, membacakan al fatihah sebanyak2nya hanya untuk anaknya yang sedang menempuh pendidikan jauh, agar anaknya selamat dan mendapat ilmu yang bermanfaat.

Hingga, tibalah masa sang anak menjadi sosok yang hebat, ia dikenal luas sampai ke manca negara, memberikan banyak manfaat untuk orang, dan tentunya menjadi anak kebanggaan sang ibu. 

Sahabat, mencari sosok istri yang mengerti pentingnya pendidikan yang layak untuk anak tidaklah mudah di zaman ini. Mencari perempuan yang baik secara agama, akhlak dan pendidikannya, secara tidak langsung kamu dianggap memahami seperti apa juga kewajibanmu untuk menjadikan dirimu layak untuknya.

Ibarat bunga edelweis, ia dilindungi karena keindahan dan sulitnya ia ditemukan di tempat-tempat biasa. Ia hanya akan ditemukan di pegunungan tinggi, curam, berbatu yang tidak semua orang mampu dan ingin berusaha keras untuk menjangkau keindahannya. Layaknya sebuah mutiara yang semua orang anggap mahal, maka semahal an sekeras itu juga usaha yang harus kamu lakukan untuk mendapatkannya.

Pertanyaannya sahabat, sejauh mana kamu mampu berjuang melawan hawa nafsu yang selalu mendorongmu untuk bermalas-malasan, berbuat dosa, atau berbuat hal yang sia-sia? 

Segeralah kembali, menjadi dirimu dahulu yang haus akan ilmu, berhenti membandingkan hidupmu dengan orang lain, fokus kepada pengembangan dirimu, asah skillmu itu sampai kau mampu menjadi manusia yang tidak hanya 'alim, tapi juga ahli di bidangmu tanpa harus menggadaikan keimananmu kepada Allah.


Penulis: Farhan syah

Posting Komentar

0 Komentar